Oleh : Fakhruddin Halim
5-10-2022
HIROSIMA dan Nagasaki, dua kota penting di Jepang luluh lantak oleh bom atom Amerika Serikat. Tak lama berselang Kekaisan Jepang menyerah kepada Sekutu di penghujung Perang Dunia II.
Dikutip dari bbc.com, korban di Hiroshima, jumlahnya sekitar 140.000 dari 350.000 penduduk, sedangkan di Nagasaki, setidaknya 74.000 orang meninggal dalam insiden itu.
Pengeboman itu mengakhiri perang dunia secara tiba-tiba di Asia, dengan Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.
Mengutip sindonews.com, respon Kaisar Hirohito yang pertama atas peristiwa kelam ini sungguh mengejutkan banyak pihak.
Kaisar Jepang ke-142 yang dikenal dengan nama anumerta Kaisar Showa, kepada para pembantunya bertanya, “Berapa jumlah guru yang tersisa?”
Sekali lagi! Kata-kata ini berasal dari mulut Kaisar Hirohito sebagai respon pertama yang Ia keluarkan setelah mendengar berita luluh lantaknya Hiroshima dan Nagasaki.
Kehancuran dua kota itu pula yang menjadi alasan Kaisar Jepang menyelamatkan guru setelah Perang Dunia 2.
Ketika mendengar berita pemboman tersebut, Kaisar Hirohito selaku pemimpin tertinggi Jepang pada saat itu langsung mengumpulkan para Jenderal yang tersisa.
Pertanyaan mengenai jumlah guru yang tersisa ini lantas membuat bingung para Jenderal. Sebab, semula mereka mengira sang Kaisar akan menanyakan perihal tentara, alih-alih guru yang masih tersisa.
Para Jenderal tersebut kemudian menegaskan kepada Kaisar Hirohito, bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar, walau tanpa kehadiran para guru.
Menanggapi perkataan ini, Kaisar Hirohito mengatakan bahwa Jepang telah jatuh. Kejatuhan ini dikarenakan mereka tidak belajar. Jenderal dan tentara Jepang boleh jadi kuat dalam senjata dan strategi perang, tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai bom yang telah dijatuhkan Amerika.
Kaisar Hirohito kemudian menambahkan bahwa Jepang tidak akan bisa mengejar Amerika jika tidak belajar. Karenanya, ia kemudian mengimbau pada para Jenderalnya untuk mengumpulkan seluruh guru yang tersisa di seluruh pelosok Jepang.
Sebab, kepada para gurulah seluruh rakyat Jepang kini harus bertumpu, bukan pada kekuatan pasukan.