Catatan Fakhruddin Halim
Minggu-16-10-2022
PERANNYA tidak kecil, meski sering di belakang layar. Beliau memang tidak tampil di podium, tapi kehadirannya di setiap acara atau agenda ummat Islam menunjukkan andilnya.
Adalah Al-Habib Qiraisy Bin Muhammad Bin Umar Bin Shihab atau biasa disapa Habib Quraisy. Geliat keislaman lima belas tahunan terakhir di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya di Pulau Bangka tak bisa dilepaskan dari perannya.
Beliau menghimpun sejumlah anak-anak muda Bangka yang pulang dari pesantren di Kalimantan, Pulau Jawa, Sumatera Selatan dan lainnya.
Mulai menghidupkan majelis-majelis ilmu, majelis Sholawat. Menjadi penasehat Majelis Ikhwan Muhibbin yang diketuai santri senior, alumni salah saru pesantren di Barabai, Banjar, Ust Jamaluddin atau dipanggil Guru Jamal. Habib Qureys sekaligus menjadi motivator bagi anak-anak muda ini, bagi tumbuhnya sejumlah majelis.
Semangat majelis ini cepat menyebar. Dari Musala ke Musala, dari Masjid ke Masjid, dari Kampung ke Kampung se Pulau Bangka.
Habib Qureys menjadi fasilitator terhadap para Habaib bukan saja di Indonesia tapi melalui jaringan Habaib hingga ke Timur Tengah seperti Yaman untuk datang ke majelis-majelis yang terus tumbuh di Kepulauan Bangka Belitung.
Majelis-majelis ini menjadi taman-taman, tempat mereka yang haus akan ilmu, oase di tengah pandang tandus kehidupan yang semakin sekuler, semakin jauh dari Islam.
Majelis-majelis itu tampil egaliter. Tempat kaum lemah, kaum miskin atau mereka yang terpinggirkan oleh situasi bernegara yang semakin berjarak dengan rakyat kalangan bawah.
Majelis menyediakan ruang bagi petani, nelayan, buruh, pegawai kecil, pedagang-pedagang kecil untuk dekat dengan Habaib, Ulama. Ruang dimana mereka bisa mendekat kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. melalui shalawat, zikir Rotibul Haddat dan sebagainya. Dilaksanakannya Maulid Arba’in dan berbagai kegiatan keislaman lainnya.
Ribuan orang mendapatkan kebaikan dari sejumlah majelis itu. Dan tentu saja, kebaikan itu berdampak pula bagi kehidupan sosial masyarakat khususnya di Pulau Bangka. Berapa banyak orang yang sebelumnya jauh dari Islam, menjadi mengenal ajaran Islam. Berapa banyak orang yang sebelumnya jauh dari ibadah, menjadi rajin beribadah.
Bukan saja membangkitkan gairah spritualitas, menguatkan ukhuwah Islamiyah, tapi majelis menyediakan ruang dimana pemikiran, sikap dihargai secara merdeka, terbebas dari intervensi.
Kediaman Habib Qureys di tepi Sungai Rangkui, di belakang Masjid Jamik, Kota Pangkalpinang, yang tak seberapa luas itu, tak pernah sepi.
Rumah sederhana itu selalu terbuka bahkan 2 x 24 jam bagi siapa saja. Selalu saja setiap tamu yang datang dilayani dengan ramah, dengan senyum, dilayani dengan baik, apapun latar belakang dan dari manana pun mereka.
Tak peduli, pejabat atau orang kampung dari pelosok Pulau Bangka, tak ada bedanya. Apa yang bisa dibantu ia bantu. Nasehat apa yang diminta, ia berikan.
Keramahan dan kelembutannya membuat siapapun merasa nyaman dan dekat dengannya. Nasehat-nasehatnya seperti air yang menyejukkan, menjadi penguat dikala jalan perjuangan itu terasa makin terjal, penuh onak dan duri.
Habib Qurey, selain menghidupkan atau menjadi fasilitator bagi tumbuhnya majelis-majelis, juga tak pernah absen dari sejumlah agenda ummat Islam. Ia memberikan perhatian atas berbagai persoalan yang dihadapi Ummat Islam.
Ia yang sudah sepuh tak sungkan ikut berpanas-panasan, behujan-hujanan bersama kaum muslimin ketika berbagai aksi dilaksanakan untuk membela kaum muslimin Palestina, Rohingnya atau membela kepentingan ummat Islam lainnya.
Tak jarang pula, ketika aksi di lapangan terjadi kebuntuan. Beliau tampil sebagai negosiator ulung. Beliau menjadikan dirinya sebagai “jaminan” kalau aksi yang berlangsung adalah aksi damai.
Aksi sebagai bentuk solidaritas, pembelaan dan dalam rangka menyuarakan kepentingan serta menyampaikan aspirasi ummat Islam.
Dan sepanjang sejumlah aksi yang dilakukan selalu damai. Karena memang tujuannya adalah kebaikan dan sejak awal niatannya dilaksanakan secara damai. Sehingga memang tidak perlu ada yang perlu dikhawatirkan.
***
Sejak Covid 19 melanda pada awal tahun 2020 lalu, aktivitas mejelis dilaksanakan secara terbatas. Namun sejak Covid 19 semakin mereka, geliat majelis kembali bergairah.
Tanggal 4 Oktober 2022, lalu, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya acara peringatan Maulid Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. digelar di kediamannya, selalu ramai.